A. Pendahuluan
Kepala sekolah selaku orang yang mempunyai wewenang
dan kekuasaan sudah selayaknya mempunyai gaya kepemimpinan yang efektif untuk mengatur dan
mengembangkan jabatan yang diembannya. Kepala sekolah dalam mengembangkan tugasnya hendaknya
didasari dengan sikap sungguh-sungguh
& etos kerja yang tinggi. Kepala sekolah yang mempunyai kesungguhan dan
etos kerja yang tinggi akan mampu melaksanakan inovasi
pendidikan dengan baik. Disamping itu ditunjang dengan kemampuan manajerial yang handal juga
merupakan faktor yang mewujudkan sekolah yang efektif, kondusif dan dinamis. Kehadiran
kepala sekolah sangat penting karena merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah
terutama guru, karyawan, dan anak didik. Begitu besarnya peranan sekolah dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan, sehingga dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya inovasi
pendidikan dan kegiatan sekolah sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang
dimiliki oleh kepala sekolah. Namun, perlu
dicatat bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya, tidak ditentukan oleh tingkat keahliannya dibidang konsep dan teknik
kepemimpinan semata, melainkan lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memilih dan
menggunakan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dipimpin.
Pandangan di atas
menunjukan pentingnya menelaah dan membahas kembali
tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan inovasi pendidikan agar tercipta
sekolah efektif dan berkwalitas.
Dalam
makalah ini, penulis memaparkan tentang strategi kepemimpinan kepala sekolah.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan pengetahuan
dan pencerahan bagi kita semua. Amin.
B. Pembahasan
1.
Konsep dasar kepemimpinan
Pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan
untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakannya. Menurut Stoner,
semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia
bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan
yang efektif (Fattah, 2004: 88). Stoner benar tentang kepemimpinan efektif, namun itu
berlaku ketika seorang pemimpin memiliki karakter kuat, tegas, dan berjiwa pembelajar. Sebaliknya,
kekuasaan yang besar ditangan pemimpin yang lemah karakter, pengetahuan dan
keterampilan, hanya akan membawalembaga pendidikan pada ujung kebangkrutan dan
tumpukan masalah yang tidak terselesaikan dengan baik, bahkan menimbulkan konflik internal.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi
ditentukan oleh kepemimpinan
dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimpinan seperti yang dikemukakan
oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to
Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah
kemampuan meyakinkan dan menggerakkan
orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim
untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi
orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam
mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala”
dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah
lembaga. Sedang sekolah adalah
sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi
secara
umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah
atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83)
mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di
mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala
sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan
struktural (kepala sekolah) di sekolah”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara
maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Pendapat Hasibuan Malayu (dalam Mulyadi, 2010: 47)
tentang perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai
berikut:
a)
Mengambil keputusan.
b)
Mengembangkan imajinasi.
c)
Mengembangkan kesetiaan pengikutnya.
d)
Pemrakarsa, penggiatan, dan pengendalian rencana.
e)
Memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
f)
Melaksanakan kontrol dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan.
g)
Memberikan tanda penghargaan.
h)
Mendelegasikan wewenang kepada bawahannya.
i)
Pelaksanaan keputusan dengan memberikan dorongan.
Sementara Gary Yulk mengidentifikasi empat belas
perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut:
a)
Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing).
b)
Pemecahan masalah (problem solving).
c)
Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies).
d)
Memberi informasi (informing).
e)
Memantau (monitoring).
f)
Memotivasi dan memberi inpirasi (motivating and inspiring).
g)
Berkonsultasi (consulting).
h)
Mendelegasikan (delegating).
i)
Memberikan dukungan (supporting).
j)
Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring).
k)
Mengelola konflik dan tim (managing and team building).
l)
Membangun jaringan kerja (networking).
m)
Pengakuan (recognizing).
n)
Memberi imbalan (rewarding), (Mulyadi, 2010: 49-50).
2. Manajemen kepemimpinan
kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah
memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola
(kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini
memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku
kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih
mencapai keberhasilan. Hasil
penelitian Douglas & Hakim (2001), menemukan bahwa sebagian besar pemimpin
yang
hanya memberikan pelayanan untuk peningkatan kualitas
tanpa ada perilaku yang mendukung, mengurangi keberhasilan pelaksanaan hasil manajemen
kepala sekolah.
Sommer dan Merritt (1994) dan Rad (2005) juga
berpendapat tentang perlunya pemimpin memberikan perhatian terhadap strategi manajemen mutu terpadu
karena secara signifikan
perilaku hubungan kepemimpinan dengan perilaku karyawan memiliki pengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen mutu
terpadu. Perbedaan perilaku kepemimpinan dan bawahan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
manajememen mutu
terpadu juga akan terlihat lebih nyata pada pelaksanaan manajemen mutu terpadu
dan
kinerja organisasi dalam sektor jasa seperti sekolah.
Budianto (2011) menjelaskan untuk mencapai
keberhasilan manajemen kepala sekolah, perilaku kepemimpinan dalam dunia pendidikan (kepala
sekolah) harus mencerminkan: (1) fokus pada pelanggan, (2) fokus pada pencegahan masalah, (3)
investasi sumber daya, (4) memiliki strategi mutu, (5) menyikapi komplain sebagai peluang
untuk belajar, (6) mendefinisikan mutu pada seluruh area organisasi, (7) memiliki kebijakan
dan rencana mutu, (8) manajemen senior memimpin mutu, (9) proses perbaikan mutu melibatkan
setiap orang, (10) memiliki fasilitator mutu yang mendorong kemajuan mutu, (11) karyawan
dianggap memiliki peluang untukmenciptakan mutu, (12) kreativitas adalah hal
yang penting, (13) memiliki aturan dan tanggungjawab yang jelas, (14) memiliki strategi
evalusi yang jelas, (15) melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan,
(16) rencana jangka panjang, (17) mutu dipandang sebagai bagian dari budaya, (18)
meningkatkan mutu berada dalam garis strategi imperatif-nya sendiri, (19) memiliki misi khusus, (20)
memperlakukan kolega sebagai pelanggan.
Sementara itu, Tiong (dalam Usman, 2011: 290)
menemukan dalam penelitiannya tentang karakteristik perilaku kepala sekolah yang efektif antara lain
sebagai berikut:
a)
Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil keputusan.
b)
Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada guru.
c)
Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf.
d)
Kepala sekolah yang memahami perasaan guru.
e)
Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan.
f)
Kepala sekolah yang terampil dan tertib.
g)
Kepala sekolah yang berkemampuan dan efisien.
h)
Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin.
i)
Kepala sekolah yang tulus.
j)
Kepala sekolah yang percaya diri.
Sedangkan perilaku kepemimpinan yang tidak efektif
antara lain mencerminkan semangat
yang rendah, berpandangan sempit, diktator dan tidak memiliki rasa keterlibatan
dalam organisasi.Dengan kata lain perilaku kepala
sekolah harus menyesuaikan dengan empat prinsip manajemen
mutu terpadu. Penjelasan masing-masing prinsip dan perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dijelaskan di bawah ini:
a)
Kepuasan pelanggan
Seperti penjelasan sebelumnya, sekolah memiliki
pelanggan internal dan eksternal. Terhadap pelanggan
internal, siswa guru dan staf usaha perilaku kepala sekolah yang efektif antara
lain adil dan tegas dalam mengambil keputusan, memiliki dedikasi dan rajin,
memiliki keterampilan dalam pencegahan masalah, memiliki strategi mutu dan
memiliki strategi evalusi yang jelas. Sedangkan terhadap pelanggan eksternal
perilaku efektif kepala sekolah dapat tercermin melalui transparansi, pemberi
informasi, melihat mutu sebagai sebuah cara untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan, dan menyikapi komplain sebagai peluang untuk belajar.
b)
Respek terhadap setiap orang
Prinsip ini melihat setiap orang dalam sekolah sebagai
aset dan memiliki potensi. Sehingga perilaku kepemimpinan yang efektif dalam mencerminkan prinsip
ini adalah fasilitator,
menghargai partisipasi staf, memahami perasaan guru, memberikan dukungan,
melibatkan guru dan staf dalam pengambilan keputusan,
mengembangkan dan membimbing potensi, memotivasi dan memberi inspirasi, mendelegasikan tugas, dan
semua masyarakat sekolah
dianggap memiliki peluang untuk menciptakan mutu.
c)
Manajemen berdasarkan fakta
Pada prinsip ini, perilaku kepemimpinan kepala sekolah
yang efektif tertib administrasi sehingga selalu mengambil keputusan dengan berdasarkan
data organisasi yang jelas, bukan suatu gambaran atau perkiraan. Kepala sekolah juga
merencanakan, mengorganisasi dan melakukan prioritas menggunakan data dan kondisi
sumber daya dalam organisasi.
d)
Perbaikan terus menerus
Dalam mencapai manajemen mutu, maka perubahan adalah
hal yang mutlak dilakukan suatu organisasi seiring dengan perubahan perilaku pelanggan. Maka perilaku
kepemimpinan kepala sekolah
yang efektif mencerminkan pemantauan, visioner, transformasional, rencana
jangka
panjang, membangun jaringan kerja dengan pelanggan
eksternal, inovatif, dan kreatif.
3.
Tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah yang ideal
Pemimpin dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi
untuk menggiatkan atau menggerakkan
bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah adalah fungsi pembimbingan dan
pemberian pimpinan serta menggerakkan kelompok
orang-orang itu agar suka dan mau bekerja (Sudirga, 2006:23)
Dalam kepemimpinan disebutkan seorang pemimpin
memiliki beberapa tipe-tipe kepemimpinan antara lain:
a)
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat
besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa
dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power)
dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan
yang
kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar. Dalam
kepemimpinan ini seorang kepala sekolah harus memiliki kharisma yang baik untuk
menggerakkan bawahannya supaya manajemen sekolah berfungsi dengan baik.
b)
Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat berikut, yaitu: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri
yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap selalu melindungi, (3) mereka
jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan
untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh
beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik
terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang
sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
c)
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan
tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat
dari tipe kepemimpinan militeristik, yaitu: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi
formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6)
komunikasi hanya berlangsung searah.
Jadi dalam kepemimpinan militeristik seorang kepala
sekolah menggerakkan bawahannya
secara perintah komando dan otoriter yang harus dituruti oleh bawahannya.
d)
Tipe Kepemimpinan Otokratis
(Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri berikut, yaitu: (1) diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) Pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara
absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila
mereka patuh.
Dalam kepemimpinan otokratis seorang kepala sekolah
memimpin bawahannya berdasarkan
keputusan sendiri yang harus segera dilaksanakan oleh semua warga sekolah.
e)
Tipe Kepemimpinan Laissez
Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak
memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggungjawab harus dilakukan
oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan
cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau. Tipe kepemimpinan ini biasanya tidak baik
diterapkan dalam lingkungan sekolah.
f)
Tipe Kepemimpinan Laissez
Faire
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri.
Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
g)
Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan
yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri
dari teknokratteknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi
dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis
yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
h)
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan
penekanan pada rasa tanggungjawab internal (pada diri
sendiri) dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap
individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis
dengan bidangnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
4.
Strategi Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimmpinan
adalah proses untuk mempengaruhi individu atau kelompok agar secara sadar dan
secara harmonis bekerja untuk mencapai tujuan organisasi kata “sadar”
menunjukan bahwa kepemimmpinan di dasarkan oleh kerelaan dan bukan paksaan .hal
ini berbeda dengan kekuasaan yang diterima sebagai suatu keterpaksaan.
Pengakuan
terhadap pentingnya variabel kepemimmpinan dalam organisasi telah menjadi dasar
analisis para ahli dari berbagai kalangan .dari analisis itu terungkap pentingnya
strategi kepemimmpinan yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perilaku (harsey
dan Blanchard, 1982) yang sudah dikenal misalnya ,memandang kepemimmpinan yang
efektif (yang mendorong kinerja bawahan) adalah kepemimmpinan yang memerhatikan
dua aspek secara bersamaan orientasi terhadap tugas dan orientasi terhadap
manusia.orientasi terhadap tugas dan melahirkan kepemimmpinan yang
memilikinvisi yang jelas, tugas yang jelas dan sistem komunikasi yang permanen
.orientasi terhdap manusia melahirkan kepemimmpinan kesejawatan,kemauan
pemimmpin mendengarkan suara hati bawahan , memanusiakan bahwan dan mendorong
partisipasi bawahan dalam berbagai aspek kehidupan organisasi. banyak bukti
menunjukan bahwa penerapan kepemimmpinan partisipasi meningkatkan komitmen bawahan
terhadap tugas dan gilirannya meningkatkan kinerja mereka.
secara
spesifik, dimensi hubungan manusia dicirikan oleh tiga aspek, yaitu: (1)
pemimmpin menyiapkan waktu untuk mendengarkan anggota kelompoknya, (2) pemimpin
berkeiginan membuat perubahan, (3) pemimpin yang bersifat bersahabat dan dekat
dengan bawahanya, dan dimensi tugas dicirikan oleh: (1) pemimmpin yang selalu
memberikan tugas kepada anggota kelompok, (2) pemimpin menetapkan standard dan
peraturan yang harus di ikuti oleh anggota kelompok, dan (3) pemimpin menghrapkan anggota untuk
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
Bedasarkan
kuadran tersebut,tampak bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin 9-9, yaitu
yang tinggi pada dimensi hubungan manusia dan juga tinggi pada dimensi tugasperilaku
kepemimpinan yang demikian sering juga disebut dengan perilaku kepemimpinan
tim.pemimpin yang kurang efektif adalah pemimpin 1-1, yaitu yang rendah pada
dua dimensi.
Beberapa penulis lainya juga mengemukakan strategi
kepemimpinan. farkas dan backer (1996) mengembangkan gagasan tentang maximum
leadership yang meliputi lima pendekatan pendekatan strategi, pendekatan asset manusia,
pendekatan keahlian, pendekatan control, dan pendekatan agen perubahan.
Covey (1991), juga mengembangkan strategi kepemimpinan
yang disebut sebagai kepemimpian
yang berprinsip (principle cebtered landership) yang salah satu strateginya
adalah orientasikepada pelanggan .strategi ini juga di
adaptasi oleh lee (1997) dalam
istilah
kekuasaan yang berprinsip (principle-centered). kedua
pendekatan ini mementingkan kapabilitas dalam kepemimpinan.
Brich (1999) mengembangkan strategi instant landership
dengan 66 cara kepemimpinan yang praktis .dluar dari hal-hal yang betul-betul praktis, terdapat
strategi inti yang dikemukakanya
yaitu bahwa pemimpin terbaik adalah orang yang memungkinkan terpenuhinya
tuntutan yang tadinya di anggap mustahil dan kemudian
menawarkan dukungan penuhyang tadinya di anggap tidak mungkin intinya ,kepemimpinan berkualitas dengan
tantangan dsn dukungan .
Maxwell (1995) mengembangkan prinsip dasar kepemimpinan yang antara
lain meliputi, penyusunan
prioritas, integritas, menciptakan perubahan positif, pemecahan masalah, sikap
positif, pengembangan asset manusia, wawasan, dan
disiplin pribadi.
Strategi
kepemimpinan yang sama muncul dalam kajian pendidikan dalam penelitian heck, et
al, (1997)terungkap beberapa aspek kepemimpinan kepala sekolah yang membedakan
sekolah berprestasi tinggi dan sekolah berprestasi rendah,aspek-aspek tersebut
meliputi;
a)
Melibatkan staf dalam keputusan dan pengajaran yang
penting.
b)
Melindungi dari tekanan eksternal.
c)
Memberikan otonomi mengajar kepada guru.
d)
Mengomunikasikan tuntutan untuk berprestasi tinggi
kepada siswa.
e)
Menghargai prestasi akademik siswa.
f)
Mengkordinasikan program pengajaran.
g)
Berpartisipasi dalam diskusi tentang isu-isu pengajaran.
h)
Mengobservasi metode pengajaran guru di kelas.
i)
Menyediakan sumber daya belajar.
j)
Melakukan kunjungan kelas secara regular.
k)
Membantu guru memperbaiki pengajaran.
Dalam penelitian sekolah efektif ,kmpetensi
kepemimpinan yang diperlukan sekolah tercermin dari beberapa karakteristik kepemimpinan
berikut ini;
a)
Kepala sekolah yang adil dan tegas dalam mengambil
keputusan.
b)
Kepala sekolah yang membagi tugas secara adil kepada
guru.
c)
Kepala sekolah yang menghargai partisipasi staf.
d)
Kepala sekolah yang memahami perasaan guru.
e)
Kepala sekolah yang memiliki visi dan berupaya
melakukan perubahan.
f)
Kepala sekolah yang terampil dan tertip.
g)
Kepala sekolah yang bermampuan dan efisien.
h)
Kepala sekolah yang memiliki dedikasi dan rajin.
i)
Kepala sekolah yang tulus.
j)
Kepala sekolah yang percaya diri.
Dari berbagai sumber tersebut ,dan dengan
memperhatikan berbagai tuntutan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam menyikapi perubahan
yang terjadi dalam dunia pendidikan,penulis
mengemukakan berbagai strategi inti kepemimpinan kepala sekolah yang
selanjutnya dikaji secara singkat berikut ini:
a)
Kepemimpinan yang strategik
Kepala sekolah perlu mengembangkan kepemimpinan
strategic. kepemimpinan
strategic adalah
kepemimpinan yang berseia melakukan perubahan dari kondisi sekarang kepada
kondisi
I ideal sekolah dimasa depan ,beberapa kajian
menunjukan bahwa kepla sekolah yag berhasil dalam memimpin adalah kepala sekolah yang visioner
,berfikir jauh ke depan bagi pengembangan sekolah.
Strategi ini menekankan kepada kepala sekolah akan
perlunya merumuskan visi misi kepemimpinan ya yang sejalan dengan arah dan perkembangan yang ingin
dicapai oleh sekolah yang
strategik juga perlu mengembangkan strategi kedepan dalam memanfaatkan kekuatan
dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan hambatan.
Visi dan misi kepemimpinn kepala sekolah perlu di
sosialisasikan kepada warga sekolah guna memperoleh dukungan dsn komitmen mereka,siswa dan
guru khususnya perlu mengetahui untutan apa yang diharapkan dari mereka menurut Caldwell (1998).
Perubahan-perubahan paradigma pendidikan menyebabkan beban kepala sekolah makin
bertambah dn hal ini dapat direduksi dengan mengembangkan visi dn misi sekolah
yang pada giliranya dapat digunakan untuk memberdayakan semua potensi sekolah.
b)
Strategi pelanggan
Osbone dan plastrik (1997) mengembangkan gagasan
mengenai perlunya organisasi pemerintah memiliki strategi pelanggan dalam meningkatkan
akuntabilitasnya akuntabilitas berarrti sejauh mana suatu lembaga bertanggung jawab kepada pelanggan
produk atau jasa
yang dihasilkan.semakin puas pelanggan terhadap produk
atau jasa yang dihasilkan semakin akuntabel suatu lembaga .karena itu penerapan strategi
pelanggan akan memaksa sekolah dslam memperbaiki kinerjanya.
Definisi tentang pelanggan dari dalam sekolah dan dari
luar sekolah. Pelanggan dari dalam sekolah meliputi
siswa,guru,tenaga administrasi ,sedangkan dari pelanggan luar sekolah meliputi
orang tua,masyarakat,pemerintah dan pihak terkait lainya. Baik pelanggan dari kepuasan.
karena itu kepala sekolah berbagai manajer perlu mengembangkan cara-cara baru dalam
memenuhi kepuasan pelanggan.
c)
Strategi pemberdayaan
Strategi pemberdayaan merupakan inspirasi banyak
organisasi dewasa ini. hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dalam organisasi merupakan asset
yang perlu dipelihara
dan dikembangkan bagi peningkatan organisasi.di sekolah terdapay sejumlah
tenaga
profesional khususnya guru yang perlu dikembangkan dan
didayagunakan.
Beberapa sekolah yang sukses menerapkan strategi
pemberdayaan melalui berbagai program-program pengembangan profesional guru.
Selain itu, kemauan kepala sekolah mendelegasikan sebagian pekerjaan juga
merupakan salah satu strategi yang banyak berbukti mendorong semangat tim
disekolah dalam situasi yang lain kepala sekolah melibatkan stafnya dalam berbagai
pengambilan keputusan pentingnya.
d)
Kemauan Mengambil Resiko
Kemauan melakukan teribosan atu bertindak sebagai agen
perubahan harus diikuti dengan
kemauan mengambil resiko. fakta
membuktikan, banyak
pemimmpin yang gagal karena takut terhadap resiko dari keputusan yang di ambil.
Cepat dan berusaha mengambil keputusan yang cerdik, akan semakin besarnya
kewenangan pengambilan keputusn pada tingkat sekolah sesuai dengan semangat MBS
berarti kepala sekolah dituntut bertindak cepat dan berusha mengambil keputusan
yang cerdik, tentunya dengan segala resikonya, baik resiko financial maupun
resiko lainya.
C. Kesimpulan
Kepemimpinan
kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua
siswa dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang
ditetapkan. Cara kepala sekolah untuk
membuat orang lain bekerja untuk mencapai tujuan sekolah merupakan inti kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen sekolah
memerlukan dua keterampilan yaitu keterampilan memimpin dan keterampilan mengelola
(kepemimpinan dan manajerial). Perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan keterampilan ini
memegang peranan yang sangat penting untuk untuk meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku
kepemimpinan yang positif dan mendukung terhadap penerapan manajemen kepala sekolah akan lebih
mencapai keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar.
2006. Manajemen pendidikan peluang dan tantangan. Makassar: badan penerbit
UNM Makassar.
Basri, Hasan. 2014. Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Karwati, Euis. 2016. Kinerja dan
Profesionalisme Kepala Sekolah Membangun Sekolah yang Bermutu. Bandung:
Alfabeta.
Mulyasa, H.E. 2015. Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
____________. 2013. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.
____________. 2014. Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rodaskarya Offset.
Rohiat, 2008. Kecerdasan
Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Suparlan. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan praktik. Jakarta : PT. Bumi Angsara.
Suhardiman, Budi. 2012. Studi
Pengembangan Kepala Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyudi, 2015. Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Pontianak:
Alfabeta.
assalamualaikum kak,,, boleh mintak referensinya....
BalasHapus