A.
Latar Belakang
Peradaban dunia menjelang lahirnya Islam telah menyimpang jauh dari ketentuan
ajaran Allah. Pada masa pra-Islam terdapat dua kekuatan peradaban dunia, yaitu
peradaban Romawi Timur dan peradaban Persia, dua kerajaan yang menjadi tetangga
Arab, tempat lahirnya Islam. Dua kekuatan besar tersebut merupakan dua super
power dunia pada masa itu sekaligus merupakan adikuasa dunia. Arab sebagai
tempat munculnya agama Islam belum dikenal dalam percaturan sejarah dunia
sebelumnya.
Peradaban Arab ketika itu memiliki corak, yaitu bobroknya moralitas bahkan
sama sekali tidak mencerminkan budaya yang positif, sehingga peradaban Arab
ketika itu disebut sebagai peradaban Jahiliah. Dalam situasai dan kondisi
peradaban dunia yang semacam itulah Nabi Muhammad SAW., diutus Allah untuk
membawa agama Islam dengan menjunjung tinggi peradaban bermoral.
B. Peradaban Romawi Timur
Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 sebelum masehi (SM), dengan ibu
kotanya Roma, dan usianya lebih sepuluh abad. Bulan Mei 30 M terjadi perpecahan
dalam kerajaan Romawi yang berpusat di Roma, yaitu pecah menjadi dua kerajaan;
Kerajaan Romawi Barat (Roma) dan Kerajaan Romawi Timur, dengan ibu kota Konstantinopel,
dan Konstantinus Agung (Kaisar Constantin) sebagai Maharajanya.
Kerajaan Romawi mengalami puncak kejayaan pada masa Maharaja Yustianus I
(527-562 M), dan pada zamannya pula terjadi peperangan seru dengan Kerajaan
Persia Sassanid, dan berakhir dengan “Perjanjian Damai Kekal” yang tidak kekal.
Dengan jasa dua orang panglimannya (Belisarius dan Narses) Yustianus berhasil
merebut Afrika Utara, Italia, dan lain-lain dari tangan bangsa Vandal dan Got
Timur.
1.
Agama
Negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Romawi Timur pada
umumnya beragama Nasrani, yang pada waktu itu terpecah dalam berbagai aliran.
Adapun yang termasyur di antara aliran tersebut ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
a)
Aliran
Yaaqibah, banyak dianut di Mesir, Habsyah, dan lain-lain.
b)
Aliran Nasathirah,
banyak dianut di Musil, Irak, dan Persia.
c)
Aliran
Mulkaniyah, banyak dianut di Afrika Utara, Sicilia, Syiria, dan Spanyol.
Di antara ketiga aliran ini, terdapat perbedaan
keyakinan. Aliran Yaaqibah berkeyakinan bahwa Isa AL-Masih adalah Allah, dengan
pengertian bahwa Allah dan manusia bersatu dalam diri Al-Masih. Aliran Nasathirah
dan Mulkaniyah berkeyakinan bahwa dalam diri Al-Masih terdapat dua tabiat,
yaitu: (1) tabiat ketuhanan; dan (2) tabiat kemanusiaan.
Perdebatan seru terus-menerus terjadi antara
aliran-aliran ini tentang keyakinan kepercayaan kepada Allah. Dilukiskan dalam
Alquran tentang kepercayaan mereka itu. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya
kafirlah mereka yang berkata bahwa Al-Masih putra Maryam adalah Allah.
Dan Berkatalah Al-Masih: “Wahai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang menpersekutukan Allah, Maka
sudah pasti Allah Mengharamkan Surga baginya, dan tempat dia neraka
Jahannam di mana nanti mereka yang jahat tidak aka nada pembantu.”
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kafirlah mereka yang
berkata bahwa Allah adalah yang ketiga dari tiga (Tuhan). Tidak ada
seorang pun tuhan yang lain kecuali tuhan yang satu (Allah)”.
Firman Allah SWT: “Di kata Allah berfirman: Wahai Isa
putra Maryam, apa pernah engkau mengatakan kepada manusia: “Ambillah aku
dan Ibuku sebagai Tuhan di samping Allah!” Isa Menjawab: “Maha sucilah Engkau
(Allah)”.
2.
Filsafat
Membicarakan masalah “kebudayaan Romawi”, terutama
filsafat kesenian, ilmu pengetahuan, dan kesastraan, kita harus membicarakan
juga masalah “kebudayaan Yunani,” karena kebudayaan Romawi pada hakikatnya
adalah lanjutan dari kebudayaan Yunani.
Jurji Zaidan, membagi kebudayaan Yunani kepada tujuh
zaman, yaitu sebagai berikut:
a)
Masa Dongeng
(mitologi), yaitu zamannya Yunani Purba, di mana seluruh kebudayaan penuh dengan
dongeng dan khurafat.
b)
Masa Pahlawan
(heroik) (900-700 SM). Pada zaman ini hasil-hasil kebudayaan menggambarkan
semangat kepahlawanan. Terkenallah sekumpulan syair yang bernama Ilias dan
Odyssa ciptaan Homerus, yang melukiskan kisah perang.
c)
Masa Lyric
(perasaan) (700-500 SM), yaitu masa kolonisasi Yunani di daerah Timur Tengah
dan Afrika Utara; masa berkuasannya “para tiran”. Karena itu puja dan puji
menjadisangat berpengaruh. Pada waktu itu banyak tercipta sajak-sajak lyric.
d)
Masa Keemasan
(500-323 SM). Pada masa ini menjelmalah sajaksajak tamsil (dramatik), filsafat,
khithabah, dan sejarah.
e)
Masa Iskandary
(323-146 SM). Pada masa ini pusat kebudayaan pindah dari Athena ke Iskandariyah
(Alexandria), sehingga Iskandariyah ,menjadi pusat segala kegiatan ilmu,
filsafat, dan sebagainya.
f)
Masa
Yunani-Romawi (142 SM-550 M ), Pada masa ini daerah wilayah Yunani telah jatuh
ke dalam kekuasaan kerajaan Romawi. Dengan demikian, jatuhlah (mundurlah)
kebudayaan Yunani. Akan tetapi, orang-orang Kristen memperbarui, mengubah dan sebagainya,
dan daerah-daerah wilayah Yunani dimasukkan ke dalam Wilayah Romawi Timur.
g)
Masa Bizantium
(550-1453 M), yaitu zamannya kegemilangan pusat Romawi Timur (Konstantinopel),
dimana menjadi pisat kebudayaan dan peradaban Yunani. Dengan memperhatikan
catatan ini, jelaslah bahwa kebudayaan Romawi adalah lanjutan dari kebudayaan
Yunani.
3.
Bahasa dan Kesenian
Dalam wilayah Kerajaan Romawi Timur, ada tiga bahasa yang
berpengaruh, yaitu bahasa Latin, bahasa Greek, dan bahasa Suryani. Dalam bahasa-bahasa
inilah ditulis kitab-kitab suci, undang-undang, cerita-cerita, sajak-sajak, dan
sebagainya. Kesenian dan kesusastraan Bizantium timbul kira-kira pada abad
kelima dalam kemaharajaan Romawi Timur. Kesenian ini berkembang terus di Rusia
dan Balkan. Kesenian Romawi sangat maju pada masa Kaisar Yustianus I (527-565
M) dan pengganti-penggantinya, dan meluas sampai ke Italia Utara. Patung-patung
sangat banyak dibuat orang. Demikian pula bangunan-bangunan gereja yang
berkubah, yang sangat terkenal yaitu Gereja Aya Sophia, dan banyak didirikan
gereja-gereja yang berbentuk silang Yunani berkubah lima. Disamping itu,
terjadi kegiatan dalam bidang seni lukis, seni pahat, seni bahasa, seni suara,
filsafat dan sebagainya, dan semuanya berjiwa dan bersemangat gereja.
C.
Peradaban Persia
Kerajaan Persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur dimana antara
dua kerajaan tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masing-masing
ingin merebut daerah kekuasaan dan pengaruh. Pada waktu Yustianus menjadi
Maharaja Romawi Timur, Kerajaan Persia berada di bawah Maharaja Anusyarwan dari
Dinasti Sasanid (Sasaniyah) yang terkenal sangat adil. Anusyarwan dengan
pasukan berkuda dan pejalan kaki menyerbu daerah-daerah Romawi Timur sehingga
jatuh satu per satu, sedangkan Yustianus mengadakan perlawanan seru di bawah
panglimanya, Belisarius, sehingga terjadilah perang selama 20 tahun (541-461
M), dan berakhir dengan suatu perdamaian, dimana Yustianus harus membayar upeti
kepada Anusyarwan tiap tahun sebanyak 30.000 dinar.
Setelah itu pada hakikatnya, permusuhan antara dua kerajaan tersebut terus
berlangsung sehingga keduanya mengalami kemunduran dan kehancuran. Hal tersebut
terus berlangsung sampai dengan datangnya agama Islam, dimana akhirnya kedua super
power pada waktu itu menyerah kalah kepada kebenaran Islam.
1.
Agama
Masyarakat Persia lama cenderung untuk menyembah berbagai
alam nyata, seperti langit biru, cahaya, api, udara, air, dan sebagainya, yang
semua makhluk itu mereka pandang sebagai tuhan. Ada alam yang merupakan tuhan
baik dan ada alam yang merupakan tuhan jahat. Antara tuhan baik dengan tuhan
jahat selalu terjadi permusuhan dan perkelahian. Api (cahaya) adalah lambang
dari tuhan baik sehingga menyebabkan mereka menyembah api sebagai tuhan, yang
selalu mereka nyalakan dalam rumah-rumah ibadat mereka. Api sebagai tuhan
mereka, menjadi sumber ilham bagi para penyair.
a)
Zoroaster
Pada abad VII SM muncullah seorang pemimpin bernama Zoroaster, yang
kemudian terkenal sebagai “Nabi Orang Persia”. Ia membawa ajran baru yang
didasarkan atas prinsip-prinsip agama lama yang telah diperbaikinya. Ia lahir
dalam lingkungan suku Midia di daerah Azerbaijan, dan meninggal pada tahun 583
SM. Ajaran Zoroaster terdiri atas dua prinsip (seperti agama lama), yaitu; (1) Alam
berjalan sesuai “kanun” yang tertentu; (2) Dalam alam selalu ada pertentangan
antar berbagai kekuatan, antara cahaya dengan gelap, antara subur dengan
tandus, dan lain-lain.
Masyarakat Persia, sebelum Zoroaster menyembah arwa orang-orang baik yang
banyak sekali; sementara itu Zoroaster telah menyatukan tuhantuhan baik itu
dalam “satu tuhan” yang diberi nama Ahuramazda, demikian pula tuhan
jahat disatukan dalam satu tuhan yang bernama Daruja Ahriman.
Kitab suci Zoroaster bernama Avesta dan kitab komentarnya bernama Zamdavesta.
Menurut Zoroaster, antara tuhan baik dengan tuhan jahat selalu bermusuhan, yang
menjelma pada makhluk kedua tuhan itu, sementara manusia menjadi tempat
pertarungan antara kedua tuhan itu. Menurut ajara Zoroaster, bahwa hidup ada
dua yaitu hidup pertama (dunia) dan hidup kedua (akhirat).
Filsafat Zoroaster
Diantara pembahasan mereka yang bersifat filsafat, yaitu pembahasan tentang
nafs. Menurut agama Zoroaster bahwa Nafs insan diciptakan tuhan dan
tidak ada, kemudian mencapai kehidupan abadi yang berbahagia, apabila ia
sanggup memerangi kejahatan di atas muka bumi ini. Tuhan memberikan mereka
kebebasan memilih antara baik dengan jahat. Dalam diri manusia terdapat
berbagai kekuatan, seperti daya rasa, daya hidup, daya akal, daya ruh, daya
jaga, dan sebagainya.
b)
Almanuwiyah
Di antara aliran agam termasyhur di Persia, yaitu aliran Almanuwiyah yang
diciptakan oleh pemimpinnya yang bernama Manu atau Many pada tahun
215 M. Mahzab Almanuwiyah banyak berkembang di Asia dan Eropa. Ajaran-ajarannya,
yaitu campuran ajaran Zoroaster dengan agama Nasrani.
c)
Madzak
Sekitar tahun 487 M lahirlah di Persia seorang ahli filsafat (pengikut Many)
yang bernama Madzak, ia membawa faham baru dalam agama dua tuhan; tuhan cahaya
dan tuhan gelap. Adapun membedakan ia dengan gurunya, yaitu dalam hal ajaran
yang mirip dengan komunisme, yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan sama,
karena itu haruslah hidup sama puka. Persamaan yan pengting, yaitu dalam hal
memiliki harta dan wanita. Menurut Madzak, pangkal perselisihan adalah harta
dan wanita. Oleh karena itu, terhadap harta dan wanita tidak boleh ada
pemiliknya yang khas; keduannya adalah milik bersama.
Menurut Ahmad Amin –cendekiawan Mesir- bahwa “mazdakisme” adalah “komunisme”
tertua didunia. Pengaruh keyakinan (agama) terhadap kebudayaan besar sekali,
bahkan terkadang agama member corak khas bagi suatu kebudayaan. Demikian pula
pengaruh agama tampak jelas sekali dalam berbagai bidang kebudayaan Persia.
2.
Bahasa
Pada waktu pemerintahan “Dinasti Sasanid” yang menjadi bahasa Persia resmi
yaitu Pahlawi, dan juga menjadi bahasa kitab suci mereka, Avesta. Oleh karena
itu, pengaruh kitab agama ini dalam memelihara dan memperkembangkan bahasa
Pahlawi besar sekali.
Sastra Persia dalam bahasa Pahlawi sedikit sekali yang masih tersisa, karena
sastranya, pada umumnya, bersemangat agama yang berkeyakinan dua tuhan. Karena
itu, Islam telah menggantikan bahasa dan huruf Pahlawi dengan bahasa dan huruf
Arab. Yang masih tersisa dari bahasa dan huruf Pahlawi itu, yaitu batu-batu
tertulis, sejumlah peraturan dari Kerajaan Sasanid mengenai perkawinan,
perbudakan, dan lain-lain.
3.
Kesenian
Hasil seni Persia yang paling kuno, yaitu keramik, patung-patung, berbagai
perabot dari perunggu dan lain-lain ( 5.000-1.000 SM), seni lukis, dan
arsitektur (550 SM- 1.600 M).
Masa-masanya dapat dibagi sebagai berikut:
a)
Masa Dinasti
Akhaeminid (sampai tahun 350 SM). Sisa Babilon, Susa, Persepolis; pusara-pusara
dalam bukit batu; gambar timbul berwarna di Persepolis; batu ubin berlapis
glasir di Susa.
b)
Masa Dinasti
Seleukos dan Arsacid (sampai kira-kira 250 SM). Di antara sisa-sisa
peninggalannya, yaitu runtuhan Assyiria, tugu peringatan Antochus istana-istana
bergaya iwan dan lain-lain.
c)
Masa Dinasti
Sasanid (sampai kira-kira tahun 650 M). Di antara sisa-sisa peninggalanya,
yaitu istana bergaya iwan, yang di belakang iwan utama didirikan belairung
kerkubah, jembatanjembatan dengan bususr meruncing, gambar-gambar timbul pasa bukit
berbatu, barang-barang perak anggun, beberapa tenunan dari sutera dan
lain-lain.
D.
Peradaban Arab Jahiliah
Jazirah Arabia adalah tempat lahirnya agama Islam dan kemudian menjadi
pusat Islam, merupakan pusat dari peradaban dan kebudayaan Islam. Oleh karena
itu, perlu dijelaskan mengenai keadaan geografi, penduduk, ekonomi, dan sosisl,
bahkan agama, sebelum lahirnya agama Islam.
1.
Keadaan Negeri Arabia
Negeri Arabia terletak sebelah barat daya Asia, dan merupakan
semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga jurusan; Laut Merah, Lautan
Hindia, dan Teluk Persia. Namun negeri-negeri Arabia pada umumnya terdiri
dari padang pasir (sahara), tetapi tidak semuanya tandus, ada pula yang subur.
Para ahli geografi purba membagi Jazirah Arabia sebagai
berikut:
a)
Arabia Petrix,
yaitu daerah-daerah yang terletak di sebelah barat daya Lembah Syiria.
b)
Arabia
Deserta, yaitu daerah Syiriah sendiri.
c)
Arabia Felix, yaitu negeri Yaman, yang terkenal dengan nama “Bumi Hijau”.
Adapun ahli sejarah membagi penduduk Jazirah Arabia
sebagai berikut:
a)
Arab Baidah (bangsa Arab yang telah punah), Yaitu orang Arab yang telah lenyap jejaknya
dan tidak diketahui lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci,
seperti kaum Ad, dan Samud. Di antara kabilah mereka termasyhur, yaitu Ad,
samud, Thasam, Jadis, dan Jurham.
b)
Arab Baqiyah (bangsa arab yang masih lestari), dan mereka terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu sebagai berikut.
c)
Arab Aribah, yaitu kelompok Qahthan, dan tanah air mereka yaitu Yaman. Di antara
kabilah-kabilah mereka yang terkenal, yaotu Jurham, Ya’rab, dan dari Ya’rab ini
lahirlah suku-suku Kahlan dan Himyar.
d)
Arab Musta’rabah,
mereka adalah sebagian besar dari penduduk Arabia, dari
dusun sampai kota, yaitu mereka yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dan
negeri Hijaz sampai ke Lembah Syiria. Mereka dinamakan Arab Musta’rabah karena
pada waktu itu Jurham dari suku Qahtaniyah mendiami Mekah, mereka tinggal bersama
Nabi Ibrahim as. Serta ibunya, dimana kemudian Ibrahim dan putra-putranya
mempelajari bahasa Arab.8 Dari merekalah kemudian timbul bermacam kaum dan suku
Arab, termasuk kaum Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.
2.
Kerajaan-Kerajaan Arab
Sebelum Islam, di negeri-negeri Jazirah Arabia, telah berdiri
beberapa kerajaan, yang sifat dan bentuknya ada dua macam, yaitu sebagai
berikut;
a)
Kerajaan yang
berdaulat, tetapi tunduk kepada kerajaan lain (mendapat otonomi dalam negeri).
b)
Kerajaan tidak
berdaulat, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh, ini lebih tepat disebut Induk
Suku dengan kepala sukunya, Ia memiliki apa yang dimiliki oleh
kerajaan-kerajaan yang sebenarnya.
Menurut A. Hasjmy, ada beberapa Kerajaan Arabia yang berdaulat, diantaranya
sebagai berikut:
a)
Kerajaan
Makyan, kerajaan ini terletak di selatan Arabia, yaitu di daerah Yaman.
b)
Kerajaan Saba,
Kerajaan ini juga berdiri di daerah tabah Yaman, yang pada waktu kerajaan Saba
ini menggantikan Kerajaan Makyan. Kerajaan Saba sangat maju dan terkenal dalam
sejarah, terutama terkenal dengan bendungan raksasanya “Saddul Maarib”,
sebagai bendungan pertama di dunia. Kerajaan Saba ini diabadikan dalam Alquran.
c)
Kerajaan Himyar,
kerajaan ini terletak antara Saba dan Laut Merah, yang meliputi daerah-daerah
yang bernama Qitban sehingga kerajaan ini kadang-kadang dinamakan juga Kerajaan
Qitban. Daerah-daerah Yaman, Di mana tempat berdirinya tiga kerajaan tersebut
di atas, kemudian dijajah oleh Kerajaan Habsyah (Kerajaan Habsyah di bawah
naungan oleh Kerajaan Romawi Timur), kemudian dijajah lagi oleh Kerajaan
Persia, dimana seluruh orang Habsyah dibunuh habis.
d)
Kerajaan
Hirah, beberapa kabilaj Arab yang tinggal dekat dengan perbatasan Kerajaan
Romawi dan Persia mengenyam kenerdekaannya yang penuh. Mereka memndirikan
kerajaankerajaan dan mereka menganut politik bersahabat dengan kerajaan besar
Tetangganya (Persia dan Romawi). Di antara kerajaan kabilah itu, yaitu Kerajaan
Hirah. Kerajaan Hirah ini sangat dekat hubungannya dengan kerajaan Persia,
sehingga akhirnya menjadi “wilayaj” dari Kerajaan Persia. Hirah terletak di
daerah Irak sekarang.
e)
Kerajaan
Ghasan, kerajaan ini terletak di daerah Syam sekarang, Kerajaan ini sangat
rapat hubungannya dengan Kerajaan Romawi Timur, sehingga satu waktu menjadi
wilayah dari Kerajaan Romawi.
f)
Negeri Hijaz,
Hijaz mempertahankan kemerdekaannya sejak lama, juga kerajaan Romawi dan Persia
tidak dapat menjajah Hijaz. Penduduk Arab mempunyai satu Agama, sedangkan
aqidah mereka bermacam-macam, yang terjadi pustanya adalah Mekah.
g)
Mekah, kota
tempat berdirinya Ka’bah, Di sekililing Ka’bah didirikan berbagai patung
berhala untuk disembah sebagai tuhan orang-orang Arab. Pada mulanya Mekah
dengan Ka’bah dikuasai oleh Nabi Ismail, Kemudian putra sulungnya, Nabit,
Kenudian oleh penguasa- penguasa dari Kabilah Jurham. Kemudian Kabilah Jurhan
diganti oleh Kabilah Khuza’ah yang dating dari Yaman setelah runtuhnya
bendungan Ma’arib, yang dapat berkuasa selama lebih kurang 300 tahun. Pada masa
itu mereka banyak berbuat keasalahan terutama menimbulkan paham yang salah
terahadap agama.
3.
Kekuasaan Kaum Quraisy
Pada abad V Masehi kaum Quraisy merebut pimpinan Mekah dan Ka’bah dari
khuza’ah. Dibawah pimpinan kaum Quraisy, dan waktu itu Mekah menjadi maju.
Untuk mengurus Mekah dan sekitarnya, didirikanlah semacam pemerintahan oleh
kaum Quraisy. Pada zaman Abdul Muthalib, Mekah lebih maju dan sumur zamzam
disempurnakan pemugarannya, yaitu pada tahun 540 M.
4.
Keadaan Politik
Masyarakat Arab pada zaman jahiliah tidak memiliki pemerintahan seperti
sekarang. Mereka hanya memiliki pimpinan yang mengurus berbagai hal dalam
keadaan perang dan damai. Sering terjadi perang antar kaum, antar kabilah,
antar suku. Bahkan terkadang ada perang yang terjadi sampai puluhan tahun,
misalnya:
a)
Perang Busus;
perang ini terjadi antara kabilah Bakar dengan kabilah Taghlib selama 40 tahun,
hanya disebabkan perselisihan, mengenai seekor unta.
b)
Perang Dahis;
perang ini terjadi antara pimpinan suku Al-Gubara dan suku Dahis, ini juga
selama 40 tahun, hanya lantaran beberapa perselisihan kecil.
c)
Perang Fujar;
perang ini terjadi kira-kira 268 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi
Rasul.
Perang terjadi anatara beberapa kabilah dan suku, terjadi selama bulan haram,
pada masa berlangsungnya “Pasar Ukaz”. Masalah perang hanya disebabkan masalah
kecil, yaitu mengenal seekor unta yang disimbelih.
5.
Keadaan Ekonomi Dan Sosial
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar terdiri dari padang sahara,
ekonomi mereka yan terepenting yaitu perdagangan. Masyarakat Quraisy berdagan
sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengirim kafilah dagang ke Yaman,
sedangka di musim panas kafilah dagan mereka menuju ke Syiria.
Perdagangan yan paling ramai di Kota Mekah yaitu selama musim “Pasar Ukaz”,
yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram. Adapun keadaan sosila
mereka, terdapat beberapa segi yang baik dan ada pula yang buruk. Segi-segi
yang baik, misalnya setia kepada kawan dan setia kepada janji, menghormati
tamu, tolong-menolong antara anggota-anggota kabilah. Segi-segi yang buruk,
misalnya merendahkan derajat wanita, suka bermusuhan lantaran masalah sepele.
6.
Kehidupan Intelektual
Sekalipun Jazirah Arabia, terutama Hijaz dan Najd, terpencil dari dunia luar,
namun mereka memiliki daya intelektual yang sangat cerdas. Bukti dari kecerdasan
mereka dapat dilihat pada berbagai peninggalan mereka, baik dalam bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Bukti kecerdasan akal mereka dalam ilmu
pengetahuan dan seni bahasa, dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Ilmu
Astronomi. Bangsa Kaidan (Babilon) adalah guru dunia bagi ilmu astronomi.
Mereka telah menciptakan ilmu astronomi dan membina asas-asasnya. Pada waktu
tentara Persia menyerbu negeri Babilon, sebagian besar dari mereka termasuk
ahli ilmu astronomi mengungsi ke negeri-negeri Arab. Dari merekalaj orang Arab mempelajari
ilmu astronomi.
b)
Ilmu
Meteorologi. Mereka menguasai ilmu cuaca alau ilmu iklim (meteorology) yang
dalam istilah mereka waktu itu disebut al-anwa wa mahabburiyah atau
istilah bahasa Arab modern disebut adhdhawahirul jauwiyah.
c)
Ilmu Mitologi.
Ini semacam ilmu mengetahui beberapa kemungkinan terjadinya peristiwa (seperti
perang, damai, dan sebagainya), yang didasarkan pada bintang-bintang. Seperti
halnya orang-orang Arab purba, maka mereka pun menuhankan bintang-bintang,
matahari, dan bulan. Atas pemberian tahu dari tuhannya maka mereka mengetahui
sesuatu.
d)
Ilmu Tenung.
Ilmu tenung juga berkembang pada mereka, dan ilmu ini dibawa oleh bangsa Kaldan
(Babilon) ke tanah Arab. Kemudian ilmu tenung berkembang sangat luas dalam
kalangan mereka.
e)
Ilmu Thib
(Kedokteran). Ilmu thib ini berasal dari bangsa Kaldan (Babilon). Mereka
mengadakan percobaan penyembuham orangorang sakit, yaitu dengan menempatkan
orang sakit di tepi jalan, kemudian mereka menanyakan kepada siapa pun yang
melalui jalan tersebut mengenai obatnya, lalu dicatat. Dengan percobaan terus menerus
akhirnya mereka mendapat ilmu pengobatan bagi orang sakit.
Pada awalnya pengobatan dilakukan oleh para tukang tenung kemudian dukun
(tabib) hingga akhirnya berkembang. Ilmu kedokteran bangsa Babilon diambil oleh
bangsa lain, termasuk oleh orang Arab, sehingga ilmu tersebut menjadi
berkembang di kalangan bangsa Arab.
7.
Bahasa dan Seni Bahasa
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, bangsa Arab sebelum Islam sangat maju.
Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam
lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Setiap tahun di “Pasar Ukas”
diadakan deklamasi sajak yang sangat luas.
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa kebudayaan mereka
sangat maju:
a)
Khithabah
Khitabah (retorika) sangat maju, dan inilah satu-satunya alat komunikasi
yang sangat luas medannya. Di samping sebagai penyair, bangsa Arab jahiliah pun
sangat fasih berpidato dengan bahasa yang sangat indah dan bersemangat. Ahli
pidato mendapat derajat tinggi dalam masyarakat, sama halnya dengan penyair.
b)
Majlis Al-adab dan Sauqu Ukaz
Telah menjadi kebiasaan masyarakat Arab Jahiliah, yaitu mengadakan majelis
atau nadwah (klub), ditempat inilah mereka mendeklamasikan sajak,
bertanding pidato, tukar-menukar berita dan sebagainnya. Tatkenallah dalam
kalangan mereka “Nadi Quraisy” dan “Darun Nadwah” yang berdiri di samping Ka’bah.
Disamping itu, mereka mengadakan aswaq (pecan) pada waktu tertentu,
di beberapa tempat dalam negeri Arab. Tiap-tiap ada sauq berkumpullah
para saudagar dengan barang dagangannya, penyair dengan sajak-sajaknya, ahli
pidato dengan khutbah-khutbahnya, dan sebagainya. Adapun yang sangat terkenal
di antara aswaq mereka yaitu Sauqu Ukaz atau “Pekan Ukaz” yang
diadakan pada suatu tempat tidak jauh dari kota Mekah menuju ke Thaif.
8.
Catatan Keturunan
Satu hal yang menjadi sangat penting bagi bangsa Arab Jahiliah, yaitu al-ansab
atau catatan keturunan, yaitu untuk memelihara asal-usul keturunan. Oleh
karena itu, bangsa Arab pada umumnya menghafal silsilah keturunannya, sampai
sejauh-jauhnya, dan mungkin ini pulalah yang menyebabkan mereka memiliki
kecakapan khusus dalam memelihara riwayat hadis.
9.
Sejarah
Sejarah (tarikh) seperti yang dipahami sekarang, tidak
terdapat pada bangsa Arab Jahiliah. Mereka hanya memindahkan Akhbar (berita)
yang berserak tentang negeri mereka dan kabar-kabar yang dibawa bangsa lain kepada
mereka, seperti perang kabilah-kabilah, kisah Bendungan Maarib, kedatangan pasukan
gajah ke Mekah, riwayat Ka’bah, Ad, Samud, dan sebagainya.
10. Pengertian Jahiliah
Kata-kata “Arab Jahiliah” sering digunakan, namun sering pula pengertian
mengenai “jahiliah” itu salah. Terkadang ada yang mengatakan bahwa yang
dimaksud “Arab Jahiliah” yaitu bangsa Arab yang bodoh. Pengertian ini jelas
tidak tepat.
Dari uraian terdahulu sangat jelas, bahwa orang-orang Arab sebelum Islam
(orang Arab Jahiliah) tidaklah bodoh; mereka pintar dan cerdas. Seorang
pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan, membagi masa jahiliah kepada dua masa,
yaitu:
a)
Arab Jahiliah
pertama (Al-rabul Jahiliyatul Ula), yaitu zaman sebelum sejarah sampai
ke abaf kelima masehi.
b)
Arab Jahiliah
kedua (Al-rabul Jahiliyatuts Tsaniyah), yaitu dari abad kelima Miladiah
sampai lahirnya Islam.
Apabila diperhatikan, bangsa Arab pada kedua zaman tersebut tidak semuannya
bodoh. Seorang penulis dan ahli sejarah Islam terkenal, Ahmad Amin, memberi
definisi mengenai “Arab Jahiliah”, yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang
membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun
diketahui bahwa itu benar.
Menurut Ahmad Amin, Jahiliah bukanlah jahl yang berarti “tiada ilmu”,
namun jahl adalah pengertian safah, ghadhab, anfah (sedai,
berang, tolol). Jadi lebih tepatnya, jahiliah yang dimaksud adalah Jahliyah (bodoh)
dalam menerima kebenaran ajaran agama yang lurus dan benar.
E.
Kesimpulan
Pada masa pra-Islam terdapat dua kekuatan peradaban
dunia, yaitu peradaban Romawi Timur dan peradaban Persia, dua kerajaan yang menjadi
tetangga Arab, tempat lahirnya Islam. Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 sebelum
masehi (SM), dengan ibu kotanya Roma dan usianya lebih sepuluh abad, Kerajaan
Romawi mengalami puncak kejayaan pada masa Maharaja Yustianus I (527-562 M). Kerajaan
Persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur dimana antara dua kerajaan
tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masing-masing ingin merebut
daerah kekuasaan dan pengaruh. pada hakikatnya, permusuhan antara dua kerajaan
tersebut terus berlangsung sehingga keduanya mengalami kemunduran dan
kehancuran. Hal tersebut terus berlangsung sampai dengan datangnya agama Islam,
dimana akhirnya kedua super power pada waktu itu menyerah kalah kepada
kebenaran Islam.
Peradaban Arab Jahiliah. Sebelum Islam, di
negeri-negeri Jazirah Arabia, telah berdiri beberapa kerajaan, yang sifat dan
bentuknya ada dua macam, yaitu Kerajaan yang berdaulat, dan Kerajaan tidak berdaulat.
Mekah, kota tempat berdirinya Ka’bah, disekililing Ka’bah didirikan berbagai
patung berhala untuk disembah sebagai tuhan orang- orang Arab. Dan sering
terjadi peperangan antar kaum, antar kabilah, antar suku disana. Seorang
penulis dan ahli sejarah Islam terkenal, Ahmad Amin, memberi definisi mengenai
“Arab Jahiliah”, yaitu orang-orang Arab sebelum
Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka
terus melawan kebenaran, sekalipun diketahui bahwa itu benar.
Daftar Pustaka
Alqur’anul Karim dan
terjemahnnya, Depag, 2000.
Al-Mubarakfuri,
Syaikh Shafiyyurahman. 2016. SIRAH NABAWIYAH. Jakarta Timur: UMMUL QURA
Badri, Yatim. 2013. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
HAMKA, Prof. Dr., 2016. SEJARAH UMAT ISLAM. Depok: Gema
Insani
Hasjmy, A., Sejarah
Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Mas’ud, Sulthon. 2014. Sejarah Peradaban Islam.
Surabaya: UINSA.
0 komentar:
Posting Komentar