Minggu, 14 April 2019

PERADABAN DUNIA SEBELUM ISLAM


A.      Latar Belakang
Peradaban dunia menjelang lahirnya Islam telah menyimpang jauh dari ketentuan ajaran Allah. Pada masa pra-Islam terdapat dua kekuatan peradaban dunia, yaitu peradaban Romawi Timur dan peradaban Persia, dua kerajaan yang menjadi tetangga Arab, tempat lahirnya Islam. Dua kekuatan besar tersebut merupakan dua super power dunia pada masa itu sekaligus merupakan adikuasa dunia. Arab sebagai tempat munculnya agama Islam belum dikenal dalam percaturan sejarah dunia sebelumnya.

Peradaban Arab ketika itu memiliki corak, yaitu bobroknya moralitas bahkan sama sekali tidak mencerminkan budaya yang positif, sehingga peradaban Arab ketika itu disebut sebagai peradaban Jahiliah. Dalam situasai dan kondisi peradaban dunia yang semacam itulah Nabi Muhammad SAW., diutus Allah untuk membawa agama Islam dengan menjunjung tinggi peradaban bermoral.

B.       Peradaban Romawi Timur
Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 sebelum masehi (SM), dengan ibu kotanya Roma, dan usianya lebih sepuluh abad. Bulan Mei 30 M terjadi perpecahan dalam kerajaan Romawi yang berpusat di Roma, yaitu pecah menjadi dua kerajaan; Kerajaan Romawi Barat (Roma) dan Kerajaan Romawi Timur, dengan ibu kota Konstantinopel, dan Konstantinus Agung (Kaisar Constantin) sebagai Maharajanya.

Kerajaan Romawi mengalami puncak kejayaan pada masa Maharaja Yustianus I (527-562 M), dan pada zamannya pula terjadi peperangan seru dengan Kerajaan Persia Sassanid, dan berakhir dengan “Perjanjian Damai Kekal” yang tidak kekal. Dengan jasa dua orang panglimannya (Belisarius dan Narses) Yustianus berhasil merebut Afrika Utara, Italia, dan lain-lain dari tangan bangsa Vandal dan Got Timur.

1.    Agama
Negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Romawi Timur pada umumnya beragama Nasrani, yang pada waktu itu terpecah dalam berbagai aliran. Adapun yang termasyur di antara aliran tersebut ada tiga, yaitu sebagai berikut:
a)    Aliran Yaaqibah, banyak dianut di Mesir, Habsyah, dan lain-lain.
b)   Aliran Nasathirah, banyak dianut di Musil, Irak, dan Persia.
c)    Aliran Mulkaniyah, banyak dianut di Afrika Utara, Sicilia, Syiria, dan Spanyol.

Di antara ketiga aliran ini, terdapat perbedaan keyakinan. Aliran Yaaqibah berkeyakinan bahwa Isa AL-Masih adalah Allah, dengan pengertian bahwa Allah dan manusia bersatu dalam diri Al-Masih. Aliran Nasathirah dan Mulkaniyah berkeyakinan bahwa dalam diri Al-Masih terdapat dua tabiat, yaitu: (1) tabiat ketuhanan; dan (2) tabiat kemanusiaan.

Perdebatan seru terus-menerus terjadi antara aliran-aliran ini tentang keyakinan kepercayaan kepada Allah. Dilukiskan dalam Alquran tentang kepercayaan mereka itu. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kafirlah mereka yang berkata bahwa Al-Masih putra Maryam adalah Allah. Dan Berkatalah Al-Masih: “Wahai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang menpersekutukan Allah, Maka sudah pasti Allah Mengharamkan Surga baginya, dan tempat dia neraka Jahannam di mana nanti mereka yang jahat tidak aka nada pembantu.”

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kafirlah mereka yang berkata bahwa Allah adalah yang ketiga dari tiga (Tuhan). Tidak ada seorang pun tuhan yang lain kecuali tuhan yang satu (Allah)”.

Firman Allah SWT: “Di kata Allah berfirman: Wahai Isa putra Maryam, apa pernah engkau mengatakan kepada manusia: “Ambillah aku dan Ibuku sebagai Tuhan di samping Allah!” Isa Menjawab: “Maha sucilah Engkau (Allah)”.

2.    Filsafat
Membicarakan masalah “kebudayaan Romawi”, terutama filsafat kesenian, ilmu pengetahuan, dan kesastraan, kita harus membicarakan juga masalah “kebudayaan Yunani,” karena kebudayaan Romawi pada hakikatnya adalah lanjutan dari kebudayaan Yunani.

Jurji Zaidan, membagi kebudayaan Yunani kepada tujuh zaman, yaitu sebagai berikut:

a)    Masa Dongeng (mitologi), yaitu zamannya Yunani Purba, di mana seluruh kebudayaan penuh dengan dongeng dan khurafat.
b)   Masa Pahlawan (heroik) (900-700 SM). Pada zaman ini hasil-hasil kebudayaan menggambarkan semangat kepahlawanan. Terkenallah sekumpulan syair yang bernama Ilias dan Odyssa ciptaan Homerus, yang melukiskan kisah perang.
c)    Masa Lyric (perasaan) (700-500 SM), yaitu masa kolonisasi Yunani di daerah Timur Tengah dan Afrika Utara; masa berkuasannya “para tiran”. Karena itu puja dan puji menjadisangat berpengaruh. Pada waktu itu banyak tercipta sajak-sajak lyric.
d)   Masa Keemasan (500-323 SM). Pada masa ini menjelmalah sajaksajak tamsil (dramatik), filsafat, khithabah, dan sejarah.
e)    Masa Iskandary (323-146 SM). Pada masa ini pusat kebudayaan pindah dari Athena ke Iskandariyah (Alexandria), sehingga Iskandariyah ,menjadi pusat segala kegiatan ilmu, filsafat, dan sebagainya.
f)    Masa Yunani-Romawi (142 SM-550 M ), Pada masa ini daerah wilayah Yunani telah jatuh ke dalam kekuasaan kerajaan Romawi. Dengan demikian, jatuhlah (mundurlah) kebudayaan Yunani. Akan tetapi, orang-orang Kristen memperbarui, mengubah dan sebagainya, dan daerah-daerah wilayah Yunani dimasukkan ke dalam Wilayah Romawi Timur.
g)   Masa Bizantium (550-1453 M), yaitu zamannya kegemilangan pusat Romawi Timur (Konstantinopel), dimana menjadi pisat kebudayaan dan peradaban Yunani. Dengan memperhatikan catatan ini, jelaslah bahwa kebudayaan Romawi adalah lanjutan dari kebudayaan Yunani.

3.    Bahasa dan Kesenian
Dalam wilayah Kerajaan Romawi Timur, ada tiga bahasa yang berpengaruh, yaitu bahasa Latin, bahasa Greek, dan bahasa Suryani. Dalam bahasa-bahasa inilah ditulis kitab-kitab suci, undang-undang, cerita-cerita, sajak-sajak, dan sebagainya. Kesenian dan kesusastraan Bizantium timbul kira-kira pada abad kelima dalam kemaharajaan Romawi Timur. Kesenian ini berkembang terus di Rusia dan Balkan. Kesenian Romawi sangat maju pada masa Kaisar Yustianus I (527-565 M) dan pengganti-penggantinya, dan meluas sampai ke Italia Utara. Patung-patung sangat banyak dibuat orang. Demikian pula bangunan-bangunan gereja yang berkubah, yang sangat terkenal yaitu Gereja Aya Sophia, dan banyak didirikan gereja-gereja yang berbentuk silang Yunani berkubah lima. Disamping itu, terjadi kegiatan dalam bidang seni lukis, seni pahat, seni bahasa, seni suara, filsafat dan sebagainya, dan semuanya berjiwa dan bersemangat gereja.

C.      Peradaban Persia
Kerajaan Persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur dimana antara dua kerajaan tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masing-masing ingin merebut daerah kekuasaan dan pengaruh. Pada waktu Yustianus menjadi Maharaja Romawi Timur, Kerajaan Persia berada di bawah Maharaja Anusyarwan dari Dinasti Sasanid (Sasaniyah) yang terkenal sangat adil. Anusyarwan dengan pasukan berkuda dan pejalan kaki menyerbu daerah-daerah Romawi Timur sehingga jatuh satu per satu, sedangkan Yustianus mengadakan perlawanan seru di bawah panglimanya, Belisarius, sehingga terjadilah perang selama 20 tahun (541-461 M), dan berakhir dengan suatu perdamaian, dimana Yustianus harus membayar upeti kepada Anusyarwan tiap tahun sebanyak 30.000 dinar.

Setelah itu pada hakikatnya, permusuhan antara dua kerajaan tersebut terus berlangsung sehingga keduanya mengalami kemunduran dan kehancuran. Hal tersebut terus berlangsung sampai dengan datangnya agama Islam, dimana akhirnya kedua super power pada waktu itu menyerah kalah kepada kebenaran Islam.

1.    Agama
Masyarakat Persia lama cenderung untuk menyembah berbagai alam nyata, seperti langit biru, cahaya, api, udara, air, dan sebagainya, yang semua makhluk itu mereka pandang sebagai tuhan. Ada alam yang merupakan tuhan baik dan ada alam yang merupakan tuhan jahat. Antara tuhan baik dengan tuhan jahat selalu terjadi permusuhan dan perkelahian. Api (cahaya) adalah lambang dari tuhan baik sehingga menyebabkan mereka menyembah api sebagai tuhan, yang selalu mereka nyalakan dalam rumah-rumah ibadat mereka. Api sebagai tuhan mereka, menjadi sumber ilham bagi para penyair.

a)         Zoroaster
Pada abad VII SM muncullah seorang pemimpin bernama Zoroaster, yang kemudian terkenal sebagai “Nabi Orang Persia”. Ia membawa ajran baru yang didasarkan atas prinsip-prinsip agama lama yang telah diperbaikinya. Ia lahir dalam lingkungan suku Midia di daerah Azerbaijan, dan meninggal pada tahun 583 SM. Ajaran Zoroaster terdiri atas dua prinsip (seperti agama lama), yaitu; (1) Alam berjalan sesuai “kanun” yang tertentu; (2) Dalam alam selalu ada pertentangan antar berbagai kekuatan, antara cahaya dengan gelap, antara subur dengan tandus, dan lain-lain.

Masyarakat Persia, sebelum Zoroaster menyembah arwa orang-orang baik yang banyak sekali; sementara itu Zoroaster telah menyatukan tuhantuhan baik itu dalam “satu tuhan” yang diberi nama Ahuramazda, demikian pula tuhan jahat disatukan dalam satu tuhan yang bernama Daruja Ahriman.

Kitab suci Zoroaster bernama Avesta dan kitab komentarnya bernama Zamdavesta. Menurut Zoroaster, antara tuhan baik dengan tuhan jahat selalu bermusuhan, yang menjelma pada makhluk kedua tuhan itu, sementara manusia menjadi tempat pertarungan antara kedua tuhan itu. Menurut ajara Zoroaster, bahwa hidup ada dua yaitu hidup pertama (dunia) dan hidup kedua (akhirat).

Filsafat Zoroaster
Diantara pembahasan mereka yang bersifat filsafat, yaitu pembahasan tentang nafs. Menurut agama Zoroaster bahwa Nafs insan diciptakan tuhan dan tidak ada, kemudian mencapai kehidupan abadi yang berbahagia, apabila ia sanggup memerangi kejahatan di atas muka bumi ini. Tuhan memberikan mereka kebebasan memilih antara baik dengan jahat. Dalam diri manusia terdapat berbagai kekuatan, seperti daya rasa, daya hidup, daya akal, daya ruh, daya jaga, dan sebagainya.

b)        Almanuwiyah
Di antara aliran agam termasyhur di Persia, yaitu aliran Almanuwiyah yang diciptakan oleh pemimpinnya yang bernama Manu atau Many pada tahun 215 M. Mahzab Almanuwiyah banyak berkembang di Asia dan Eropa. Ajaran-ajarannya, yaitu campuran ajaran Zoroaster dengan agama Nasrani.

c)         Madzak
Sekitar tahun 487 M lahirlah di Persia seorang ahli filsafat (pengikut Many) yang bernama Madzak, ia membawa faham baru dalam agama dua tuhan; tuhan cahaya dan tuhan gelap. Adapun membedakan ia dengan gurunya, yaitu dalam hal ajaran yang mirip dengan komunisme, yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan sama, karena itu haruslah hidup sama puka. Persamaan yan pengting, yaitu dalam hal memiliki harta dan wanita. Menurut Madzak, pangkal perselisihan adalah harta dan wanita. Oleh karena itu, terhadap harta dan wanita tidak boleh ada pemiliknya yang khas; keduannya adalah milik bersama.

Menurut Ahmad Amin –cendekiawan Mesir- bahwa “mazdakisme” adalah “komunisme” tertua didunia. Pengaruh keyakinan (agama) terhadap kebudayaan besar sekali, bahkan terkadang agama member corak khas bagi suatu kebudayaan. Demikian pula pengaruh agama tampak jelas sekali dalam berbagai bidang kebudayaan Persia.

2.    Bahasa
Pada waktu pemerintahan “Dinasti Sasanid” yang menjadi bahasa Persia resmi yaitu Pahlawi, dan juga menjadi bahasa kitab suci mereka, Avesta. Oleh karena itu, pengaruh kitab agama ini dalam memelihara dan memperkembangkan bahasa Pahlawi besar sekali.

Sastra Persia dalam bahasa Pahlawi sedikit sekali yang masih tersisa, karena sastranya, pada umumnya, bersemangat agama yang berkeyakinan dua tuhan. Karena itu, Islam telah menggantikan bahasa dan huruf Pahlawi dengan bahasa dan huruf Arab. Yang masih tersisa dari bahasa dan huruf Pahlawi itu, yaitu batu-batu tertulis, sejumlah peraturan dari Kerajaan Sasanid mengenai perkawinan, perbudakan, dan lain-lain.

3.    Kesenian
Hasil seni Persia yang paling kuno, yaitu keramik, patung-patung, berbagai perabot dari perunggu dan lain-lain ( 5.000-1.000 SM), seni lukis, dan arsitektur (550 SM- 1.600 M).

Masa-masanya dapat dibagi sebagai berikut:
a)    Masa Dinasti Akhaeminid (sampai tahun 350 SM). Sisa Babilon, Susa, Persepolis; pusara-pusara dalam bukit batu; gambar timbul berwarna di Persepolis; batu ubin berlapis glasir di Susa.
b)   Masa Dinasti Seleukos dan Arsacid (sampai kira-kira 250 SM). Di antara sisa-sisa peninggalannya, yaitu runtuhan Assyiria, tugu peringatan Antochus istana-istana bergaya iwan dan lain-lain.
c)    Masa Dinasti Sasanid (sampai kira-kira tahun 650 M). Di antara sisa-sisa peninggalanya, yaitu istana bergaya iwan, yang di belakang iwan utama didirikan belairung kerkubah, jembatanjembatan dengan bususr meruncing, gambar-gambar timbul pasa bukit berbatu, barang-barang perak anggun, beberapa tenunan dari sutera dan lain-lain.

D.      Peradaban Arab Jahiliah
Jazirah Arabia adalah tempat lahirnya agama Islam dan kemudian menjadi pusat Islam, merupakan pusat dari peradaban dan kebudayaan Islam. Oleh karena itu, perlu dijelaskan mengenai keadaan geografi, penduduk, ekonomi, dan sosisl, bahkan agama, sebelum lahirnya agama Islam.

1.    Keadaan Negeri Arabia
Negeri Arabia terletak sebelah barat daya Asia, dan merupakan
semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga jurusan; Laut Merah, Lautan
Hindia, dan Teluk Persia. Namun negeri-negeri Arabia pada umumnya terdiri dari padang pasir (sahara), tetapi tidak semuanya tandus, ada pula yang subur.

Para ahli geografi purba membagi Jazirah Arabia sebagai berikut:
a)    Arabia Petrix, yaitu daerah-daerah yang terletak di sebelah barat daya Lembah Syiria.
b)   Arabia Deserta, yaitu daerah Syiriah sendiri.
c)    Arabia Felix, yaitu negeri Yaman, yang terkenal dengan nama “Bumi Hijau”.
Adapun ahli sejarah membagi penduduk Jazirah Arabia sebagai berikut:
a)    Arab Baidah (bangsa Arab yang telah punah), Yaitu orang Arab yang telah lenyap jejaknya dan tidak diketahui lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci, seperti kaum Ad, dan Samud. Di antara kabilah mereka termasyhur, yaitu Ad, samud, Thasam, Jadis, dan Jurham.
b)   Arab Baqiyah (bangsa arab yang masih lestari), dan mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut.
c)    Arab Aribah, yaitu kelompok Qahthan, dan tanah air mereka yaitu Yaman. Di antara kabilah-kabilah mereka yang terkenal, yaotu Jurham, Ya’rab, dan dari Ya’rab ini lahirlah suku-suku Kahlan dan Himyar.
d)   Arab Musta’rabah, mereka adalah sebagian besar dari penduduk Arabia, dari dusun sampai kota, yaitu mereka yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dan negeri Hijaz sampai ke Lembah Syiria. Mereka dinamakan Arab Musta’rabah karena pada waktu itu Jurham dari suku Qahtaniyah mendiami Mekah, mereka tinggal bersama Nabi Ibrahim as. Serta ibunya, dimana kemudian Ibrahim dan putra-putranya mempelajari bahasa Arab.8 Dari merekalah kemudian timbul bermacam kaum dan suku Arab, termasuk kaum Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.

2.    Kerajaan-Kerajaan Arab
Sebelum Islam, di negeri-negeri Jazirah Arabia, telah berdiri beberapa kerajaan, yang sifat dan bentuknya ada dua macam, yaitu sebagai berikut;

a)         Kerajaan yang berdaulat, tetapi tunduk kepada kerajaan lain (mendapat otonomi dalam negeri).
b)        Kerajaan tidak berdaulat, tetapi mempunyai kemerdekaan penuh, ini lebih tepat disebut Induk Suku dengan kepala sukunya, Ia memiliki apa yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan yang sebenarnya.

Menurut A. Hasjmy, ada beberapa Kerajaan Arabia yang berdaulat, diantaranya sebagai berikut:

a)         Kerajaan Makyan, kerajaan ini terletak di selatan Arabia, yaitu di daerah Yaman.
b)        Kerajaan Saba, Kerajaan ini juga berdiri di daerah tabah Yaman, yang pada waktu kerajaan Saba ini menggantikan Kerajaan Makyan. Kerajaan Saba sangat maju dan terkenal dalam sejarah, terutama terkenal dengan bendungan raksasanya “Saddul Maarib”, sebagai bendungan pertama di dunia. Kerajaan Saba ini diabadikan dalam Alquran.
c)         Kerajaan Himyar, kerajaan ini terletak antara Saba dan Laut Merah, yang meliputi daerah-daerah yang bernama Qitban sehingga kerajaan ini kadang-kadang dinamakan juga Kerajaan Qitban. Daerah-daerah Yaman, Di mana tempat berdirinya tiga kerajaan tersebut di atas, kemudian dijajah oleh Kerajaan Habsyah (Kerajaan Habsyah di bawah naungan oleh Kerajaan Romawi Timur), kemudian dijajah lagi oleh Kerajaan Persia, dimana seluruh orang Habsyah dibunuh habis.
d)        Kerajaan Hirah, beberapa kabilaj Arab yang tinggal dekat dengan perbatasan Kerajaan Romawi dan Persia mengenyam kenerdekaannya yang penuh. Mereka memndirikan kerajaankerajaan dan mereka menganut politik bersahabat dengan kerajaan besar Tetangganya (Persia dan Romawi). Di antara kerajaan kabilah itu, yaitu Kerajaan Hirah. Kerajaan Hirah ini sangat dekat hubungannya dengan kerajaan Persia, sehingga akhirnya menjadi “wilayaj” dari Kerajaan Persia. Hirah terletak di daerah Irak sekarang.
e)         Kerajaan Ghasan, kerajaan ini terletak di daerah Syam sekarang, Kerajaan ini sangat rapat hubungannya dengan Kerajaan Romawi Timur, sehingga satu waktu menjadi wilayah dari Kerajaan Romawi.
f)         Negeri Hijaz, Hijaz mempertahankan kemerdekaannya sejak lama, juga kerajaan Romawi dan Persia tidak dapat menjajah Hijaz. Penduduk Arab mempunyai satu Agama, sedangkan aqidah mereka bermacam-macam, yang terjadi pustanya adalah Mekah.
g)        Mekah, kota tempat berdirinya Ka’bah, Di sekililing Ka’bah didirikan berbagai patung berhala untuk disembah sebagai tuhan orang-orang Arab. Pada mulanya Mekah dengan Ka’bah dikuasai oleh Nabi Ismail, Kemudian putra sulungnya, Nabit, Kenudian oleh penguasa- penguasa dari Kabilah Jurham. Kemudian Kabilah Jurhan diganti oleh Kabilah Khuza’ah yang dating dari Yaman setelah runtuhnya bendungan Ma’arib, yang dapat berkuasa selama lebih kurang 300 tahun. Pada masa itu mereka banyak berbuat keasalahan terutama menimbulkan paham yang salah terahadap agama.

3.    Kekuasaan Kaum Quraisy
Pada abad V Masehi kaum Quraisy merebut pimpinan Mekah dan Ka’bah dari khuza’ah. Dibawah pimpinan kaum Quraisy, dan waktu itu Mekah menjadi maju.

Untuk mengurus Mekah dan sekitarnya, didirikanlah semacam pemerintahan oleh kaum Quraisy. Pada zaman Abdul Muthalib, Mekah lebih maju dan sumur zamzam disempurnakan pemugarannya, yaitu pada tahun 540 M.

4.    Keadaan Politik
Masyarakat Arab pada zaman jahiliah tidak memiliki pemerintahan seperti sekarang. Mereka hanya memiliki pimpinan yang mengurus berbagai hal dalam keadaan perang dan damai. Sering terjadi perang antar kaum, antar kabilah, antar suku. Bahkan terkadang ada perang yang terjadi sampai puluhan tahun, misalnya:

a)         Perang Busus; perang ini terjadi antara kabilah Bakar dengan kabilah Taghlib selama 40 tahun, hanya disebabkan perselisihan, mengenai seekor unta.
b)        Perang Dahis; perang ini terjadi antara pimpinan suku Al-Gubara dan suku Dahis, ini juga selama 40 tahun, hanya lantaran beberapa perselisihan kecil.
c)         Perang Fujar; perang ini terjadi kira-kira 268 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul.

Perang terjadi anatara beberapa kabilah dan suku, terjadi selama bulan haram, pada masa berlangsungnya “Pasar Ukaz”. Masalah perang hanya disebabkan masalah kecil, yaitu mengenal seekor unta yang disimbelih.

5.    Keadaan Ekonomi Dan Sosial
Sesuai dengan tanah Arab yang sebagian besar terdiri dari padang sahara, ekonomi mereka yan terepenting yaitu perdagangan. Masyarakat Quraisy berdagan sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengirim kafilah dagang ke Yaman, sedangka di musim panas kafilah dagan mereka menuju ke Syiria.

Perdagangan yan paling ramai di Kota Mekah yaitu selama musim “Pasar Ukaz”, yaitu pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram. Adapun keadaan sosila mereka, terdapat beberapa segi yang baik dan ada pula yang buruk. Segi-segi yang baik, misalnya setia kepada kawan dan setia kepada janji, menghormati tamu, tolong-menolong antara anggota-anggota kabilah. Segi-segi yang buruk, misalnya merendahkan derajat wanita, suka bermusuhan lantaran masalah sepele.
6.    Kehidupan Intelektual
Sekalipun Jazirah Arabia, terutama Hijaz dan Najd, terpencil dari dunia luar, namun mereka memiliki daya intelektual yang sangat cerdas. Bukti dari kecerdasan mereka dapat dilihat pada berbagai peninggalan mereka, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Bukti kecerdasan akal mereka dalam ilmu pengetahuan dan seni bahasa, dapat dikemukakan sebagai berikut:

a)         Ilmu Astronomi. Bangsa Kaidan (Babilon) adalah guru dunia bagi ilmu astronomi. Mereka telah menciptakan ilmu astronomi dan membina asas-asasnya. Pada waktu tentara Persia menyerbu negeri Babilon, sebagian besar dari mereka termasuk ahli ilmu astronomi mengungsi ke negeri-negeri Arab. Dari merekalaj orang Arab mempelajari ilmu astronomi.
b)        Ilmu Meteorologi. Mereka menguasai ilmu cuaca alau ilmu iklim (meteorology) yang dalam istilah mereka waktu itu disebut al-anwa wa mahabburiyah atau istilah bahasa Arab modern disebut adhdhawahirul jauwiyah.
c)         Ilmu Mitologi. Ini semacam ilmu mengetahui beberapa kemungkinan terjadinya peristiwa (seperti perang, damai, dan sebagainya), yang didasarkan pada bintang-bintang. Seperti halnya orang-orang Arab purba, maka mereka pun menuhankan bintang-bintang, matahari, dan bulan. Atas pemberian tahu dari tuhannya maka mereka mengetahui sesuatu.
d)        Ilmu Tenung. Ilmu tenung juga berkembang pada mereka, dan ilmu ini dibawa oleh bangsa Kaldan (Babilon) ke tanah Arab. Kemudian ilmu tenung berkembang sangat luas dalam kalangan mereka.
e)         Ilmu Thib (Kedokteran). Ilmu thib ini berasal dari bangsa Kaldan (Babilon). Mereka mengadakan percobaan penyembuham orangorang sakit, yaitu dengan menempatkan orang sakit di tepi jalan, kemudian mereka menanyakan kepada siapa pun yang melalui jalan tersebut mengenai obatnya, lalu dicatat. Dengan percobaan terus menerus akhirnya mereka mendapat ilmu pengobatan bagi orang sakit.

Pada awalnya pengobatan dilakukan oleh para tukang tenung kemudian dukun (tabib) hingga akhirnya berkembang. Ilmu kedokteran bangsa Babilon diambil oleh bangsa lain, termasuk oleh orang Arab, sehingga ilmu tersebut menjadi berkembang di kalangan bangsa Arab.

7.    Bahasa dan Seni Bahasa
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, bangsa Arab sebelum Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat dihormati. Setiap tahun di “Pasar Ukas” diadakan deklamasi sajak yang sangat luas.

Dalam bidang bahasa dan seni bahasa kebudayaan mereka sangat maju:
a)         Khithabah
Khitabah (retorika) sangat maju, dan inilah satu-satunya alat komunikasi yang sangat luas medannya. Di samping sebagai penyair, bangsa Arab jahiliah pun sangat fasih berpidato dengan bahasa yang sangat indah dan bersemangat. Ahli pidato mendapat derajat tinggi dalam masyarakat, sama halnya dengan penyair.

b)        Majlis Al-adab dan Sauqu Ukaz
Telah menjadi kebiasaan masyarakat Arab Jahiliah, yaitu mengadakan majelis atau nadwah (klub), ditempat inilah mereka mendeklamasikan sajak, bertanding pidato, tukar-menukar berita dan sebagainnya. Tatkenallah dalam kalangan mereka “Nadi Quraisy” dan “Darun Nadwah” yang berdiri di samping Ka’bah.

Disamping itu, mereka mengadakan aswaq (pecan) pada waktu tertentu, di beberapa tempat dalam negeri Arab. Tiap-tiap ada sauq berkumpullah para saudagar dengan barang dagangannya, penyair dengan sajak-sajaknya, ahli pidato dengan khutbah-khutbahnya, dan sebagainya. Adapun yang sangat terkenal di antara aswaq mereka yaitu Sauqu Ukaz atau “Pekan Ukaz” yang diadakan pada suatu tempat tidak jauh dari kota Mekah menuju ke Thaif.

8.    Catatan Keturunan
Satu hal yang menjadi sangat penting bagi bangsa Arab Jahiliah, yaitu al-ansab atau catatan keturunan, yaitu untuk memelihara asal-usul keturunan. Oleh karena itu, bangsa Arab pada umumnya menghafal silsilah keturunannya, sampai sejauh-jauhnya, dan mungkin ini pulalah yang menyebabkan mereka memiliki kecakapan khusus dalam memelihara riwayat hadis.

9.    Sejarah
Sejarah (tarikh) seperti yang dipahami sekarang, tidak terdapat pada bangsa Arab Jahiliah. Mereka hanya memindahkan Akhbar (berita) yang berserak tentang negeri mereka dan kabar-kabar yang dibawa bangsa lain kepada mereka, seperti perang kabilah-kabilah, kisah Bendungan Maarib, kedatangan pasukan gajah ke Mekah, riwayat Ka’bah, Ad, Samud, dan sebagainya.

10.  Pengertian Jahiliah
Kata-kata “Arab Jahiliah” sering digunakan, namun sering pula pengertian mengenai “jahiliah” itu salah. Terkadang ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud “Arab Jahiliah” yaitu bangsa Arab yang bodoh. Pengertian ini jelas tidak tepat.


Dari uraian terdahulu sangat jelas, bahwa orang-orang Arab sebelum Islam (orang Arab Jahiliah) tidaklah bodoh; mereka pintar dan cerdas. Seorang pujangga Arab Syiria, Jarji Zaidan, membagi masa jahiliah kepada dua masa, yaitu:

a)         Arab Jahiliah pertama (Al-rabul Jahiliyatul Ula), yaitu zaman sebelum sejarah sampai ke abaf kelima masehi.
b)        Arab Jahiliah kedua (Al-rabul Jahiliyatuts Tsaniyah), yaitu dari abad kelima Miladiah sampai lahirnya Islam.

Apabila diperhatikan, bangsa Arab pada kedua zaman tersebut tidak semuannya bodoh. Seorang penulis dan ahli sejarah Islam terkenal, Ahmad Amin, memberi definisi mengenai “Arab Jahiliah”, yaitu orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun diketahui bahwa itu benar.

Menurut Ahmad Amin, Jahiliah bukanlah jahl yang berarti “tiada ilmu”, namun jahl adalah pengertian safah, ghadhab, anfah (sedai, berang, tolol). Jadi lebih tepatnya, jahiliah yang dimaksud adalah Jahliyah (bodoh) dalam menerima kebenaran ajaran agama yang lurus dan benar.

E.       Kesimpulan
Pada masa pra-Islam terdapat dua kekuatan peradaban dunia, yaitu peradaban Romawi Timur dan peradaban Persia, dua kerajaan yang menjadi tetangga Arab, tempat lahirnya Islam. Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 sebelum masehi (SM), dengan ibu kotanya Roma dan usianya lebih sepuluh abad, Kerajaan Romawi mengalami puncak kejayaan pada masa Maharaja Yustianus I (527-562 M). Kerajaan Persia merupakan saingan dari kerajaan Romawi Timur dimana antara dua kerajaan tersebut terus-menerus terjadi peperangan karena masing-masing ingin merebut daerah kekuasaan dan pengaruh. pada hakikatnya, permusuhan antara dua kerajaan tersebut terus berlangsung sehingga keduanya mengalami kemunduran dan kehancuran. Hal tersebut terus berlangsung sampai dengan datangnya agama Islam, dimana akhirnya kedua super power pada waktu itu menyerah kalah kepada kebenaran Islam.

Peradaban Arab Jahiliah. Sebelum Islam, di negeri-negeri Jazirah Arabia, telah berdiri beberapa kerajaan, yang sifat dan bentuknya ada dua macam, yaitu Kerajaan yang berdaulat, dan Kerajaan tidak berdaulat. Mekah, kota tempat berdirinya Ka’bah, disekililing Ka’bah didirikan berbagai patung berhala untuk disembah sebagai tuhan orang- orang Arab. Dan sering terjadi peperangan antar kaum, antar kabilah, antar suku disana. Seorang penulis dan ahli sejarah Islam terkenal, Ahmad Amin, memberi definisi mengenai “Arab Jahiliah”, yaitu orang-orang Arab sebelum
Islam yang membangkang kepada kebenaran. Mereka terus melawan kebenaran, sekalipun diketahui bahwa itu benar.

Daftar Pustaka
Alqur’anul Karim dan terjemahnnya, Depag, 2000.
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurahman. 2016. SIRAH NABAWIYAH. Jakarta Timur: UMMUL QURA
Badri, Yatim. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
HAMKA, Prof. Dr., 2016. SEJARAH UMAT ISLAM. Depok: Gema Insani
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Mas’ud, Sulthon. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: UINSA.

0 komentar:

Posting Komentar